Perbandingan antara Sastra Anak dan Sastra Dewasa
Definisi sastra secara umum yang
disampaikan oleh Daiches (1964) dalam bukuMembaca Sastra mengacu
pada Aristoteles yang melihat sastra sebagai “suatu karya yang menyampaikan
suatu jenis pengetahuan yang tidak bisa disampaikan dengan cara yang lain”
yakni suatu cara yang memberikan kenikmatan yang unik dan pengetahuan yang
memperkaya wawasan pembacanya. Berdasarkan definisi tersebut, inti dari karya
sastra adalah memberikan wawasan pada pembacanya. Dalam hal ini, pembaca karya
sastra terdiri dari beragam usia. Penggolongan usia pembaca karya tersebut
dapat dilihat berdasarkan golongan anak kecil, remaja, dan dewasa.
Penulis akan membandingkan letak
perbedaan antara karya sastra anak dan sastra dewasa. Secara teoretis, sastra
anak adalah “sastra yang dibaca anak-anak dengan bimbingan dan pengarahan
anggota dewasa suatu masyarakat, sedang penulisannya juga dilakukan oleh orang
dewasa.” (Davis 1967 dalam Sarumpaet 1976:23). Dengan demikian, sastra anak
dapat disebut sebagai sastra yang pantas dibaca oleh anak-anak dengan
didasarkan pada unsur intrinsik sastra. Sementara itu, sastra dewasa berbanding
terbalik dengan sastra anak. Sastra dewasa dibaca oleh orang-orang dewasa dan
penyajian penulisan sastra tersebut ditulis pula oleh orang dewasa. Sama dengan
sastra anak, sastra dewasa pun memiliki unsur intrinsik sastra.
Terdapat empat hal yang akan penulis
sampaikan mengenai perbedaan antara sastra anak dan sastra dewasa. Pertama,
sastra anak dari segi bahasa cerita yang dipakai adalah kalimat-kalimat yang
sederhana. Cerita dalam sastra anak umumnya memakai kalimat yang sederhana,
struktur gramatikal yang mudah, dan pemilihan diksi yang disesuaikan dengan
pemerolehan bahasa anak sehingga anak dapat mencerna kalimat-kalimat tersebut
dengan baik. Misalnya, dalam satu kalimat hanya terdiri dari beberapa kata dan
struktur gramatikal yang dipakai hanya subjek dan predikat. Sementara sastra
dewasa cenderung memakai bahasa yang rumit. Struktur gramatikal dan pemilihan
diksi yang dipakai lebih kompleks.
Kedua, dari segi kognisi. Sastra
anak hanya memberikan pengetahuan dan pengenalan dalam hal-hal tertentu. Sastra
anak memberikan pengetahuan dan pengenalan yang masih bersifat sederhana.
Artinya, anak-anak belum diperkenalkan dengan pengetahuan yang kompleks dalam
kehidupan. Misalnya, anak-anak diberikan pengetahuan dan pengenalan seputar
konsep angka, warna, dan bentuk. Sementara sastra dewasa memberikan pengetahuan
yang lebih kompleks seputar kehidupan. Di dalam sastra dewasa sudah terdapat
konflik, pengalaman, dan konsep kehidupan.
Ketiga, dari psikologis yang
terkandung. Dalam sastra anak mulai diperkenalkan cerita-cerita yang dapat
membuat anak-anak berkembang secara sosial. Melalui cerita, anak-anak dididik
dengan nilai-nilai moral yang baik dalam kehidupan. Anak-anak mulai diajarkan
untuk dapat mengerti bagaimana diri mereka sendiri dan kehidupan sosial yang
anak-anak jalani secara sederhana. Misalnya, cerita mengenai pertemanan
anak-anak di sekolah dan di rumah. Sementara sisi psikologis dalam sastra
dewasa umumnya mempersoalkan banyak hal, seperti perkembangan moral,
permasalahan jiwa, dan pemahaman psikologi sosial kehidupan.
Keempat, dari segi sosial cerita.
Sastra anak umumnya mengambil ide cerita yang berada di sekitar kehidupan
anak-anak, seperti dalam kehidupan keluarga dan sekolah. Sosial cerita yang
disampaikan seputar berbakti pada orangtua, bersahabat baik dengan teman, dan
dekat dengan guru. Dalam sastra anak belum disampaikan sosial cerita mengenai
seks, kekerasan, dan kehidupan masyarakat yang tabu untuk anak. Ide sosial
cerita tersebut hanya ada dalam sastra dewasa.
Dengan demikian, sastra anak dan
sastra dewasa memiliki perbedaan tergantung dari sudut pandang apa yang
dilihat. Pada intinya, sastra anak dan sastra dewasa memberikan pengetahuan
yang berbeda dan memiliki perbedaan tema. Tema yang dipakai sastra anak masih
sangat sederhana sementara tema dalam sastra dewasa telah mengambil berbagai
macam dimensi kehidupan.
Daftar pustaka
K. Toha Sarumpaet, Riris. 2010. Pedoman
Penelitian Sastra Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Budianta, Melani dkk. 2008. Membaca Sastra:
Pengantar Memahami Sastra untuk Perguruan Tinggi. Jakarta:
Indonesiatera.
Sumber : http://sepasangkata.wordpress.com/2013/03/19/perbandingan-antara-sastra-anak-dan-sastra-dewasa/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar